MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU DI MASA PANDEMI
Teacher is an agent change in the world. Guru adalah agen perubahan bagi generasi dibawahnya. Tidak salah rasanya gelar itu disematkan kepada seorang guru, karena melalui tangan dingin guru inilah akan tercipta generasi penerus yang kelak dapat mengisi bonus demografi Indonesia di tahun 2040 nanti. Untuk menjadi seorang agen perubahan, tentunya sebagai seorang guru ada kemampuan mendasar yang harus kita miliki, yaitu kemampuan professional, pedagogi, kepribadian dan sosial. Keempat hal tersebut menjadi sebuah komponen utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan wajib dimiliki oleh seorang guru untuk menjadi seorang guru profesional
Jika kita berbicara tentang empat komponen tersebut, kita dapat uraikan darimana saja kita dapat meningkatkan kompetensi tesebut. Berbicara tentang kemampuan sosial dan kepribadian, tentu tidak terlepas dari bagaimana seorang guru dapat berinteraksi dengan seluru warga sekolah termasuk orang tua murid dan bagaimana kita dapat bersikap sebagai seorang pendidik, rekan sejawat, atasan maupun bawahan selama berada di lingkungan sekolah dan masyarakat. Hal ini tentunya dapat kita pelajari dari kehidupan sehari-hari kita. Kemampuan kedua yang sangat penting juga dimiliki oleh guru adalah professional. Kemampuan professional berkaitan dengan penguasaan materi sesuai dengan bidang yang diampu oleh guru. Tentunya seorang guru harus memiliki kemampuan ini agar materi yang diberikan kepada siswa tidak mengalami miskonsepsi atau bahkan salah ajar. Kemampuan professional dapat kita tingkatkan tentunya melalui terus belajar dan mau belajar melalui sumber belajar yang ada.
Kemampuan terakhir yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan pedagogik. Bagi saya pribadi, kemampuan pedagogik ini susah-susah gampang, karena memang terkadang apa yang kita harapkan berlaku sesuai teori tidak sesuai dengan kenyataan, dan saat itulah kemampuan lainnya akan dimainkan agar peranan kita sebagai seorang guru seimbang nantinya. Kemampuan pedagogik adalah kemampuan bagaimana kita mengajarkan suatu materi, menyusun rencana pembelajaran dan menganalisis segala bentuk temuan dalam proses pembelajaran hingga nantinya melakukan evaluasi refleksi dan tindak lanjut atas kegiatan pembelajaran yang kita lakukan. Terdengar klasik sebenarnya, namun tanpa diikuti dengan penguasaan teori dan tentunya praktik di lapangan serta belajar dari pengalaman, semua itu menjadi sangat rumit dan sangat sulit, sehingga kita harus selalu belajar dan mau mencoba sesuatu yang baru yang tentunya berkaitan dengan bagaimana kita dapat meningkatkan kemampuan pedagogik kita sebagai seorang guru, guru millennial khususnya. Berbekal hal itulah, rasanya wajib buat seorang guru untuk terus mengembangkan kemampuannya melalui seluruh platform dan wadah yang ada.
Informasi mengenai kegiatan Olimpiade Pedagogik Nasional by POSI ini saya temukan di detik – detik akhir pendaftaran, ya tepatnya H-1 pendaftaran saya baru mengetahui informasinya. Pada awalnya sempat ada rasa mau tak mau untuk mengikuti kegiatan ini, karena pelaksanaannya dilaksanakan di akhir pekan. Hanya saja, rasanya rugi kalau menyempatkan kesempatan ini mengingat kita bisa kembali mengasah kemampuan kita sebagai seorang guru dalam penguasaan kemampuan pedagogik dan tentunya bersaing di masa pandemi saat ini. Karena jika seorang guru mampun menjadi seorang yang berjiwa kompetitif, maka kita akan lebih mudah menciptakan generasi yang kompetitif pula, karena guru itu digugu dan ditiru. Berbekal panggilan itulah, jiwa kompetitif sebagai seorang guru hadir, dan memutuskan untuk ikut. Dalam kegiatan ini tentunya soal-soal yang disajikan tidak hanya soal berdasarkan temuan di lapangan, hasil analisis atau proses evaluasi yang sudah sering kita laksanakan, tapi juga pertanyaan teoritikal yang membutuhkan kemampuan pengingat yang baik dan bagaimana kita mampu menghubungkan teori tersebut dengan fakta yang kita temukan di lapangan. Berbekal pengalaman itulah, pada akhirnya soal – soal yang diujikan dapat dijawab dengan baik dan memberikan pencapaian yang baik pula. Nantinya, pencapaian ini dapat menjadi ingatan bagi anak didik kita, bahwa untuk mampu berkompetisi itu tidak mengingat umur, semua bisa berkompetisi sekalipun dalam masa pandemi dan semua bisa menjadi pemenang sesuai dengan keahliannya masing – masing. Dan saat anak didik kita sudah mampu mengukir hal tersebut dalam memorinya, mereka akan selalu ingat bahwa jiwa kompetitif itu diperlukan dalam menghadapi masa depan nantinya